Berita & Media

BERITA SELEBRITI

Dewi Sandra: Siapa Menabur, Dia Menuai


DI LUAR kesan glamour dan energik yang mencirikan penampilan panggungnya, Dewi Sandra adalah sosok sederhana, periang dan sangat ramah.

"Halo, apa kabar?" sambutnya ketika kami tiba di kantor Star Manajemen miliknya - kantor yang disebut Dewi sebagai rumah keduanya. Dewi bersama manager dan kru tengah santai menikmati cemilan sore. Saat itu Dewi meluangkan waktu menerima tim Bumiputera yang dipimpin oleh Ismail Ali, Kepala Wilayah Jakarta 3, untuk penyerahkan polis.
Nama Dewi Sandra melejit lewat kepiawaiannya sebagai presenter acara musik. Butuh waktu 14 tahun bagi Dewi untuk berada di deretan penyanyi papan atas tanah air. "Siapa menabur, dia menuai." Kata Dewi memaknai liku-liku perjalanannya karirnya yang tak lepas dari andil sang mami, Prihatini Killick seorang yang kebetulan pemegang polis Bumiputera.
Prihatini tercatat sebagai pemegang polis Bumiputera sejak Dewi kecil. Tiga polisnya telah habis kontrak dan dilanjutkan dengan polis baru. Namun, takdir berkata lain, ketika tahun 2008 Sang Pencipta memanggilnya.
"Ibu saya berasuransi, kami anak-anaknya yang menikmati hasilnya. Kembali lagi, menabur-menuai?" komentar Dewi tentang santunan klaim meninggal asuransi ibunya.

Kagumi Ibu

Dewi yang berdarah Inggris dari sang ayah dan Indonesia dari sang ibu merasa sangat beruntung lahir dan besar di dalam keluarga yang memiliki kombinasi dua budaya berbeda. "Ayah saya bule banget, workaholic banget, bisnis banget. Sementara ibu saya Indonesia banget, kekeluargaan banget. Tapi, niatnya baik, nawaitunya baik," kisahnya. Itu pula sebabnya Dewi merasakan kesedihan mendalam ditinggal ibunya pada tahun 2008 lalu, menyusul ayahnya yang telah meninggal 4 tahun sebelumnya.

Bagi Dewi, ibu segala-galanya. "Saya sampai nangis-nangis," kenang Dewi. Tapi, dibalik itu tersimpan rasa kagum yang sangat mendalam. "Saya kira ibu saya hanya ibu rumah tangga yang kerjanya di rumah, belanja dan jemput anak sekolah. Ternyata ibu saya luar biasa, hebat banget. Beliau bisa mengatur keuangan keluarga sedemikian rupa."

Dewi kemudian menyadari pekerjaan ibu rumah tangga tidak bisa diremehkan. Ibunya yang menurut Dewi ibu rumah tangga, memikirkan pendidikan dan masa depan anak-anaknya. Dan asuransi menjadi salah satu yang disiapkan ibunya.

Selain mengantarkan Dewi ke posisi sekarang dan mewariskan asuransi, Prihatini telah jauh hari bicara asuransi. "Saya kenal asuransi dari ibu saya. Ibu saya hobby asuransi dan hobby macam-macam bank, sesuai kebutuhan. Kerena ibu saya sangat memikirkan masa depan anak-anaknya."

Dua tahun berlalu sepeninggal ibunya, kini Dewi mengulang jejak ibunya. Wanita kelahiran Brazil ini baru saja tercatat sebagai pemegang polis Bumiputera.

Kini, mantan presenter Indonesuian Idol V (2008) ini memandang asuransi sebagai salah satu cara menabung, untuk investasi. "Being smart your planning. Saving smart your maney. Apalagi sekarang banyak jenisnya. Asuransi pendidikan, jiwa, health insurance," ujar pembawa acara musik wanita terfavorit Panasonic Award lima kali berturut-turut.

Menghargai Proses

Apakah Dewi memilih Bumiputera karena mengikuti jejak ibunya? Dewi menjawab bijak. "Setiap asuransi pasti memiliki nilai plus yang mereka tonjolkan. Saya hanya bisa bilang dari pengalaman pribadi saya. Bumiputera ternyata kekeluargaan sekali. Ibu saya meninggal, agen Bumiputera mengurusi asuransi ibu saya. Dua tahun tidak bertemu, Bumiputera masih ingat saya. Kekeluargaan di Bumiputera sangat terasa, sangat terbuka, dan sangat informatif, ada ini itu selalu diinformasikan. Saya rasa keunggulan Bumiputera adalah kekeluargaannya."

Berasuransi, menurut Dewi, sebaiknya kata Dewi sedini mungkin. Namun hidup ini sesungguhnya adalah pilihan yang tidak bisa dipaksakan. "Banyak hal lain yang harus dipenuhi dalam hidup ini. Untuk makan saja susah, bagaimana akan memikirkan asuransi?" ujarnya mencoba memaklumi mereka yang belum berasuransi. "Saya rasa, sepuluh step ke depan pasti lari nya ke asuransi," kata Dewi yang mengaku belum lama mengerti asuransi meski ibunya berulang kali mengingatkan. "Dulu, ketika ibu saya bicara asuransi, saya hanya bilang, iya mi, nanti gampang, gampang." Dewi merasa saat inilah waktu yang tepat baginya masuk asuransi.

Sebelum masuk asuransi Bumiputera ini, Dewi pernah gagal berasuransi. Di tengah kontrak ia tidak bisa membayar premi yang terlalu besar, dan mengakibatkan uangnya hilang. "Oh iya ya? Oke, saya ngerti, saya belajar dari pengalaman ini. Kebanyakan orang hanya memikirkan endingnya sebesar apa, tapi lupa kemampuannya berapa. Itu yang akhirnya membuat orang gagal berasuransi."

Kejadian itu dimaknai Dewi secara bijak. "Apapun yang terjadi merupakan perjalanan hidup. Perjalanan manusia beda-beda. Kalau manusia mau belajar, banyak bertanya. Seperti saya, juga banyak bertanya kepada konsultan atau teman-teman saya yang sudah punya asuransi," pungkas Dewi yang masih memiliki obsesi menelurkan album lagi dan menggelar konser tunggal. ***primra fakhda/ rangga wisnhu.

 

Primra Fakhda & Rangga Wisnhu

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas