Berita & Media

BERITA TERKINI

dr. Delfi, SpM(K)


Pelayanan Asuransi Kesehatan
Praktis.., Lebih Disukai

 

Dokter adalah pekerjaan mulia. Karena melalui tangan dokter, Tuhan menyembuhkan orang yang sakit. Pekerjaan professional yang satu ini tak lepas dari misi sosial menyangkut kemanusiaan. Inilah keseharian dr.Delfi, SpM, Direktur Utama Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru Medical Center (MBMC), yang didirikannya pada tahun 2004. Selain itu, tanggung jawab utama dr. Delfi adalah sebagai Kepala Sub Divisi Vitoreoretinal Ilmu Kesehatan Mata RSUP Adam Malik, Medan dan Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran USU Medan. Dokter ahli retina ini juga tercatat sebagai konsultan Rumah Sakit PTPN II Medan untuk kasus mata yang rumit.

Mata adalah jendela untuk melihat dunia. Sedikit saja bermasalah, organ tubuh manusia yang terbilang sensitif ini akan menghambat aktivitas manusia. Setiap hari, dokter yang piawai sambung menyambung syaraf mata ini membantu pasiennya melihat dunia lebih terang. Bebas dari katarak, bebas dari gangguan rabun akibat diabetes, operasi rekonstruksi mata pasca kecelakaan, atau laser untuk menggantikan kaca mata minus.

Meski RS.MBMC murni swasta. Di sini juga melayani pasien Askes, Jamkesmas dan Jamkesda. Ini sesuai dengan ketentuan pemerintah, bahwa 20% dari tempat tidur rumah sakit swasta diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu. Mereka berhak mendapat pelayanan kesehatan gratis. Setiap hari, MBMC melayani tidak kurang 200 orang pasien, dan 25 orang diantaranya menjalani operasi. Prosedur yang praktis menarik pasien datang ke MBMC. Mereka bukan hanya berasal dari Medan dan sekitarnya, tapi juga dari Aceh.

Di balik kesibukannya yang sangat padat, dokter asal Bukittinggi, Sumatera Barat ini tetap memikirkan masa depan dan kesejahteraan keluarganya. Salah satunya melalui program asuransi Bumiputera. Begitu pula, kesejahteraan karyawan RS.MBMC, termasuk faktor yang tidak luput dari perhatiannya. Para dokter, tenaga medis dan karyawan RS.MBMC yang berjumlah sekitar 30 orang ini, juga dilindungi asuransi.

Di temui di ruang prakteknya, dokter yang dikenal sabar dan ramah ini banyak menyoroti asuransi kesehatan. Seperti apa ia melihat perkembangan industri asuransi di Medan? Bagaimana pengalamannya sebagai pemegang polis Bumiputera? Inilah penuturan dokter yang bercita-cita memiliki rumah sakit jaringan regional ini, kepada redaksi Mutual.

Kenal sejak kecil

"Saya kenal Bumiputera sejak kecil, karena ada kantornya di Bukittinggi. Saat itu saya belum mengerti apa sih Bumiputera." Ucapnya ketika ditanya tentang Bumiputera yang kini telah berusia 100 tahun. "Dulu, asuransi hanya dikenal sebagai proteksi jiwa, proteksi kesehatan, proteksi mobil, proteksi kebakaran dan asuransi pendidikan anak seperti yang saya miliki. Tapi, kini justru telah berkembang ke arah investasi juga ya?" Kata pria yang mengaku tidak sempat mendalami seluk beluk asuransi secara mendetil.

Jika pria yang hobby main bola kaki ini memilih program asuransi pendidikan Bumiputera untuk kedua puterinya, Salma Amira Sari dan Shazia Azra Khalisa Sari ini bukan tanpa alasan. "Kita tahu Bumiputera sudah lama dan berpengalaman dalam industri asuransi, bahkan sebelum ada perusahaan lain. Saya kira orang tua kita juga sudah kenal Bumiputera," terangnya.

Lebih lanjut, dr. Delfi menegatakan "Kalau kedekatan petugas dengan customer, mungkin tidak hanya Bumiputera saja, dari perusahaan lain juga datang. Kalau manfaat produk, antara Bumiputera dengan perusahaan lain, mungkin tidak jauh berbeda. Tapi mereka tetap memilih Bumiputera kan? Tegasnya.
Jika sebagian kalangan atas masih menganggap asuransi asing lebih keren. Tapi, tidak bagi dr. Delfi. "Kalau ada lokal, kenapa harus asing?" Prinsipnya tak bergeming. Meski dengan iming-iming yang menjanjikan keuntungan lebih besar? "Kalau asing, kita tidak kenal. Kalau tiba-tiba tutup, hilang dari Indonesia, repot kan? Tapi, kalau Bumiputera, semua orang sudah tahu, di mana kantornya yang tidak ada di Indonesia ini?" Urainya.

Tak dipungkiri, masih banyak masyarakat mampu yang tidak berasuransi. Penyebabnya menurut dr. Delfi menyangkut beberapa factor. "Pertama, saya kira mungkin kurang mengerti. Kedua, pengalaman mereka. Ada orang yang masuk asuransi kesehatan, pada saat klaimnya sulit, banyak persyaratan. Orang sakit kog di tanya-tanya. Tidak nyaman kan?"
Solusinya, menurut dr. Delfi adalah kepraktisan dan kemudahan pelayanan, Ketika orang ke rumah sakit, cukup hanya menunjukkan satu kartu saja, langsung dilayani. Supaya tidak disalah gunakan, tetap diperlukan pengawasan dari pihak asuransi. "Pelayanan yang baik akan menunjang image Bumiputera semakin baik," katanya.

Edukasi dan sosialisasi

Prospek asuransi di Medan cukup potensial mengingat pertumbuhan ekonomi Medan cukup tinggi, bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya saja, masyarakat belum memahami manfaat asuransi. Karena memang edukasi asuransi belum optimal.
Buktinya, lanjut dr. Delfi masih banyak orang khususnya masyarakat menengah bawah beranggapan asuransi itu mahal dan ekslusif. Mereka fikir, kalau tidak ekslusif tidak bisa masuk asuransi. Padahal asuransi bisa disesuaikan dengan kemampuan. "Di sini, perlu di sampaikan kepada masyarakat bahwa asuransi justru diperlukan bagi orang-orang yang ekonominya terbatas," katanya. Sebaliknya, menurut ia, masyarakat menengah atas umumnya mengerti asuransi.

Masyarakat perlu memahami manfaat asuransi selain proteksi, bahwa asuransi bisa dijadikan alternative perencanaan keuangan dan jaminan kesejahteraan masa depan keluarga. Jika isteri tidak bekerja misalnya, ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atas diri si pencari nafkah, kelangsungan masa depan keluarga telah dijamin asuransi.

"Tidak salah kalau Bumiputera datang ke pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit umum yang banyak pengunjung dari kalangan masyarakat menengah ke bawah, seperti RS. Adam Malik untuk mensosialisasikan asurnasi. Ia mencontohkan "Di ruang tunggu yang banyak pasiennya, petugas kami memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa penyakit tertentu bisa berdampak ke mata. Bagaimana penyakit AIDS mempengaruhi mata, yang selama mereka tidak mengerti."

Intinya, kata dr. Delfi cara-cara edukasi sebaiknya dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian. Visualisasi atau video lebih gampang di cerna. Hindari istilah, gunakan bahasa awam. Iklan televisi juga bagus. Karena setiap rumah umumnya telah memiliki televisi

Cara lain? "Menjalin kerjasama dengan kegiatan sosial di kelurahan. "Kami di kesehatan juga punya daerah binaan yang tidak melulu di bidang kesehatan, melainkan bidang ekonomi. Masyarakat diajarkan bagaimana mereka menghidupi keluarganya. Nah, di sini bisa disisipkan informasi lain termasuk asuransi." Sarannya.

Untuk mereka yang kesibukannya cukup tinggi seperti pejabat, pengusaha atau dokter, apakah pemasaran asuransi melalui internet solusinya? "Tergantung dari sisi sasaran yang ingin dicapai. Kalau sasarannya remaja dan masyarakat atas, internet cocok. Tapi kalau masyarakat bawah mungkin televisi. Radio juga bisa untuk kota sibuk seperti Jakarta. Orang mendengarkan radio diantara kemacetan jalan, ketika berangkat dan pulang kantor. Di Medan, radio kurang diminati. Jadi harus disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat.

Asuransi Kesehatan

Labih lanjut mengenai asuransi kesehatan, menurut dr. Delfi sebenarnya sudah diproteksi pemerintah. Untuk pegawai negeri dan pensiunan ada Asuransi Kesehatan yang dikelola PT.Askes. Untuk masyarakat kurang mampu, ada program Jamkesmas. Dan, pendamping Jamkesmas ada Jamkesda. Karena tidak semua masyarakat Indonesia itu di protect Jamkesmas.

Di Aceh, lanjut dr. Delfi, ada program Universal Coverage. Semua warga Aceh berhak mendapat pelayanan kesehatan pemerintah secara gratis, yang dikenal dengan sebutan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Semua warga aceh, mendapat pelayanan kesehatan gratis, terlepas mampu atau tidak mampu.
Medan memiliki program kesehatan JPKMS (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Medan dan Sekitarnya). Ini merupakan fasilitas kesehatan dari pemerintah daerah. Mereka yang mendapatkan fasilitas ini adalah keluarga yang dikategorikan keluarga kurang mampu, tapi tidak memiliki Askes Sosialnya (Askes) dan juga tidak punya Jamkesmas. Mereka diberikan JPKMS oleh pemda Medan. Dengan kartu ini, mereka berhak mendapat pelayanan kesehatan gratis. Providenya adalah rumah sakit rumah sakit yang ditunjuk pemerintah. Nantinya, provider inilah yang mengklaim biaya pengobatan kepada pemerintah setempat.

Jika pemerintah bekerjasama dengan perusahaan asuransi seperti Bumiputera? "Bisa saja...! biaya pengobatan bisa langsung di klaim dari rumah sakit provider ke perusahaan asuransi, dalam hal ini Bumiputera misalnya," kata dokter yang telah ditunggu banyak pasien ini menutup perbincangan.

 

Primra Fakhda & Nurul Warapingka

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas