Berita & Media

BERITA TERKINI

Elza Syarief : Hati-hati Memilih Asuransi


Bagi saya, asuransi perlu. Kenapa? Kita tidak pernah tahu perjalanan hidup. Kenyataan kadang-kadang tidak sesuai dengan rencana.

Ketika seseorang berpikir masih hidup 10 tahun lagi, tahu-tahu dua tahun meninggal. Dan, ketika kita merasa sehat, tahu-tahu sakit atau kecelakaan. Makanya, rumah, harta benda, dan kendaraan sebaiknya memang diasuransikan.

Program asuransi, merupakan faktor penting yang menentukan minat masyarakat. Bumiputera harus mampu membaca kebutuhan dan kemampuan masyarakat, agar bisa menciptakan asuransi yang cocok. Sejauh ini, saya belum melihat asuransi yang menyentuh masyarakat bawah, seperti petani dan nelayan Indonesia. Nominalnya memang kecil, tapi jumlah petani dan nelayan Indonesia banyak sekali. Di samping mereka orang-orang jujur, koordinasinya juga gampang, cukup pegang tokohnya. Jika dijelaskan, dan preminya terjangkau, mereka pasti mau masuk asuransi. Jika mereka gagal panen, asuransi harus tampil mem-back up. Jika Bumiputera bisa merebut pasar ini, saya rasa hasilnya luar biasa.

Saya sangat hati-hati memilih perusahaan asuransi. Bumiputera di mata saya merupakan asuransi yang cukup tua. Namanya sudah dikenal sejak lama. Awal menjadi pemegang polis Bumiputera, karena Sdr. Hartayati, pegawai Bumiputera sangat gigih mendekati saya. Sekarang, saya punya banyak sekali polis asuransi. Asuransi pendidikan, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi plus tabungan dan investasi. Termasuk semua karyawan, juga telah saya asuransikan.

Saran saya, Bumiputera investasinya mesti bagus, pelayanan klaimnya harus lancar. Pelayanan klaim yang cepat, dampaknya pasti bagus untuk asuransi di masa depan. Nasabah akan menyampaikan kepada orang lain dari mulut ke mulut. Terlepas dari penyebabnya, kalau klaim asuransi ditolak, nasabah pasti kecewa dan marah. Mereka merasa sudah menyerahkan tubuhnya untuk diperiksa di awal masuk asuransi. Jadi kalau penyakitnya tidak terdeteksi, bukan berarti salah pemegang polis. Saya percaya, tidak ada orang yang mau berbohong. Bisnis jangan hanya mau untungnya saja, rugi juga bagian dari risiko bisnis yang harus ditanggung. Jangan hanya ta..ti..tut, ta..ti..tut. Ada asuransi yang seperti itu, saya sampai marah besar.

Sebagian orang, termasuk orang kaya berpikir tidak perlu asuransi. Ketidakpahaman manfaat asuransi mengakibatkan rendahnya kesadaran masayarakat berasuransi. Si orang kaya akan mikir, "Jika saya sakit, saya punya cukup uang untuk berobat. Kalau masuk asuransi, uang saya jelas keluar untuk membayar premi, padahal belum tentu sakit. Lebih baik disimpan di bank, lama-lama berbunga dan bertambah, atau dibisniskan." Pemahaman ini mendorong keengganan mereka berasuransi. Persaoalnnya hanya faktor komunikasi.

Perusahaan asuransi hendaknya mengkomunikasikan asuransi lebih gencar lagi. Istilah kasarnya harus ‘dicuci otak' mereka. Cara-cara seperti iklan, melalui sekolah, atau melalui jalur distribusi teman-teman bagus dilakukan. Dan, pemerintah hendaknya juga membantu. Jika mendapat penjelasan yang benar, saya yakin mereka pasti paham dan responnya pasti berubah. Mereka akan tertarik dan mau masuk asuransi. Di samping pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar mengisyaratkan pangsa pasar asuransi juga besar.

 

Primra Fakhda

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas